Selayang pandang, mungkin gulai, dan tengkleng tampaklah sama. Meski sama-sama menyajikan daging kambing sebagai bahan utamanya, ternyata keduanya memiliki perbedaan.
Perbedaan yang paling mencolok dapat kita lihat dari jenis daging yang diolah. Sementara gulai menggunakan daging dan jeroan sapi atau kambing dan bukan tulang, tengkleng biasanya menggunakan bagian iga, kaki, tulang, dan tetelan kambing. Untuk rasa, keduanya memiliki bumbu yang hampir mirip dengan kandungan santan.
Sejarah Tengkleng
Tahukah Anda, tengkleng ternyata lahir dari sejarah yang cukup memilukan. Makanan ini tercipta dari masa-masa kesengsaraan di zaman penjajahan Jepang. Di mana banyak masyarakat Solo yang hidup menderita.
Karena tidak memiliki bahan pangan untuk dimakan, mereka pun mengolah apa pun seadanya, termasuk limbah seperti tulang dan jeroan kambing. Sementara bagian kambing dinikmati oleh masyarakat kalangan atas, masyarakat kelas bawah pun harus rela mengolah bagian yang tersisa.
Agar tetap enak untuk disantap, masyarakat Solo menggunakan bumbu dan rempah-rempah yang cukup lengkap dan bervariasi. Sebut saja jahe, kunyit, lengkuas, kayu manis, cengkeh kering, bawang merah, bawang putih, kemiri, pala, kelapa, serai, daun jeruk, daun salam, garam, dan bumbu lainnya.
Tengkleng biasanya dimasak dengan cara direbus cukup lama untuk mendapatkan ekstrak kambing. Semakin lama tengkleng dimasak, maka rasanya akan lebih nikmat.
Nama tengkleng sendiri diambil dari bunyi “kleng kleng” yang terdengar ketika menaruh makanan ini di atas piring seng yang banyak dimiliki oleh rakyat miskin kala itu.
Meski makanan ini didominasi oleh bagian tulang, tapi masih terdapat sisa-sisa daging yang menempel di tulang-tulang tersebut. Kita bisa menikmati daging ini dengan cara dikrikiti dalam bahasa Jawa, yang artinya digerogoti sisa-sisa daging yang menempel.
Meski terlihat merepotkan, tapi proses memakan ini yang menjadi kenikmatan tersendiri ketika menyantap tengkleng. Sensasi makan menjadi lebih nikmat dengan menghisap sumsum tulang kambing.
Saat ini, tengkleng tidak lagi menjadi sajian untuk masyarakat kelas bawah saja, melainkan menjadi santapan favorit banyak orang bahkan mereka yang berasal dari kalangan atas.
Rekomendasi Gulai Tengkleng di Solo
Jika Anda mampir ke Solo, wajib mencicipi beberapa tempat makan gulai tengkleng legendaris yang ada di kota ini.
Salah satunya adalah Tengkleng Solo Bu Jito “Dlidir” yang terletak di Jalan Kolonel Sugiyono Nomor 67, Kadipiro, Banjarsari, Solo. Dengan harga mulai dari Rp30.000 saja, Anda sudah bisa menikmati satu porsi tengkleng yang menggugah selera.
Selain tengkleng, tempat ini juga menyajikan menu lainnya seperti gulai, tongseng, sate, serta minuman seperti wedang gula asem, wedang beras kencur, dan wedang jeruk.
Jika ingin mencicipi sajian tengkleng yang sedikit berbeda, Anda bisa mampir ke Sate Kambing & Tengkleng Rica Rica Pak Manto. Buka dari pukul 07.30-20.00 WIB, tempat ini terletak di Jalan Honggowongso Nomor 36, Sriwedari, Laweyan, Solo.
Sudah berdiri sejak tahun 1990, di sini Anda wajib mencicipi tengkleng rica dan sumsum rica yang sangat unik dan lezat.
Indonesia kaya akan kuliner yang nikmat dengan cita rasa yang khas. Gulai dan tengkleng adalah menu makanan khas Solo yang sudah terkenal akan kelezatannya. Dengan bumbu dan rempah-rempah yang beragam, serta kuah yang kental dan segar, membuat makanan-makanan ini cocok untuk dijadikan santapan saat makan siang maupun makan malam.
Bagaimana, tertarik untuk memasukkan gulai dan tengkleng dalam menu makanan hari ini?